Jumat, 13 Agustus 2021

Lettergieterij Amsterdam di Batavia: Sepintas Lalu

Indonesia, meski memiliki banyak aksara asli, setia menggunakan aksara Latin dalam segala urusan literasinya, mulai dari label informasi nilai gizi hingga baliho raksasa di jalan raya. Di pentas Asia, Afrika, dan Eropa, hal ini telah menjadikan Indonesia sebagai negara pengguna aksara Latin terbesar. Sementara itu, jika diukur dari seluruh negara di dunia, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Amerika Serikat. Aksara daerah, seperti aksara Jawa, Sunda, dan Bugis, memegang peran yang sangat terbatas, tetapi tidak bisa dikatakan hilang sama sekali.

Sebagai pasar aksara yang besar dan, sampai pada titik tertentu, beragam, Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Salah satu titik yang layak untuk disorot adalah ketika sejumlah perusahaan percetakan didirikan di Hindia Belanda. Pada paruh kedua abad ke-19, puluhan surat kabar terkemuka lahir di berbagai kota besar di Hindia Belanda dengan mutu cetakan yang semakin baik dan bahasa yang bermacam-macam. Pada tahun 1870 saja, terdapat setidaknya 107 percetakan di seluruh Hindia Belanda (Departemen Penerangan Republik Indonesia, 1995:207-208). Besarnya industri penerbitan dan percetakan di tanah air ini membuka kesempatan bagi pemasok mesin cetak dan desain huruf Eropa untuk memasarkan dagangannya di Hindia Belanda.

Peti-peti kiriman bertuliskan Lettergieterij „Amsterdam” v/h Tetterode tiba di pelabuhan Batavia/Jakarta [gambar via Librariana].

Peluang ini telah dilihat sendiri oleh Tetterode, pendiri Lettergieterij Amsterdam, ketika melawat ke negeri jajahan, Hindia Belanda, dan negeri-negeri lainnya di Asia. Lettergieterij Amsterdam atau lengkapnya Lettergieterij „Amsterdam” voorheen N. Tetterode adalah perusahaan huruf (type foundry) kenamaan Belanda yang menjadi salah satu dari dua pemain besar dalam industri desain huruf Belanda dengan Koninklijke Joh. Enschedé sebagai pesaingnya. Kemudian Lettergieterij Amsterdam di samping memproduksi beragam desain huruf aksara Latin, juga merancang berbagai desain huruf untuk menuliskan bahasa-bahasa di Timur: Tionghoa, Jepang, Jawa, Bugis-Makassar, Arab-Melayu, hingga Batak. Hal ini lantas menjadi suatu keahlian yang dikenal baik dari perusahan tersebut. Permintaan dari Landsdrukkerij di Batavia pun berhasil mereka dapatkan. Banyak percetakan-percetakan di Nusantara mendapat pasokan mesin cetak dari Lettergieterij Amsterdam. Salah satunya yang tercatat adalah Bali Simbunsya yang kini menjadi PT. Percetakan Bali dan Sekolah Tehnik Percetakan (Grafische School) Malang yang kini menjadi SMK Negeri 4 Malang.

Buku Proeven van Oostersche Schriften yang berisikan cetak pruf aksara-aksara Timur, di antaranya Tionghoa, Koptik, Ibrani, Makassar, dan Mandailing [gambar via British Library].
 

Ketampakan halaman 109 dari spesimen huruf oleh Lettergieterij „Amsterdam” voorheen N. Tetterode, 1910 [foto via Alphabettes].

 

Contoh cetakan untuk aksara Arab-Melayu [gambar via British Library] dan Batak Toba [gambar via European Collections] bikinan Lettergieterij Amsterdam.

Contoh cetakan aksara Jawa dan Tionghoa bikinan Lettergieterij Amsterdam [gambar via Wikimedia Commons].

Pada 1919, Lettergieterij Amsterdam membuka anak perusahaan di Batavia (kini Jakarta), Hindia Belanda. Jakarta merupakan satu-satunya cabang dari perusahaan ini di luar negara-negara Barat: Brussel (Belgia), New York (Amerika Serikat), dan Paris (Perancis). Meskipun demikian, hanya cabang Brusselnyalah yang memiliki alat produksi huruf sendiri, cabang lainnya berperan dalam lingkup perdagangan saja. Berselang beberapa tahun, cabang Surabaya juga dibuka sebagai perpanjangan anak perusahaan di Batavia. (Middendorp, 2004:86; Lane dan Lommen, 1998:33).

Buku tentang alat dan bahan penjilidan, di sampul menyebut beberapa cabang Lettergieterij Amsterdam: Amsterdam, Rotterdam, Den Haag, Batavia (Jakarta) dan Surabaya [gambar dari Koleksi Barang Djadoel].

Beberapa huruf keluaran Lettergieterij Amsterdam yang mungkin pernah populer di Indonesia, dicuplik dari artikel Grafika (Tjetak-mentjetak) oleh J. K. Nelwan, Mimbar Penerangan edisi Februari 1952.

Keadaan mulai berubah ketika Indonesia meraih kemerdekaan. NV Lettergieterij „Amsterdam” v/h Tetterode pada 1957 dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia dan berubah nama menjadi PT Lettergieterij Amsterdam v/h Tetterode (Djojohadikusumo, 1972:228). Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara Sinar Bhakti, perusahaan Lettergieterij Amsterdam dilebur ke dalam PN Sinar Bhakti bersama empat perusahaan lainnya. Pada 1964, perusahaan ini dibubarkan dan dialihkan menjadi PN Dharma Niaga. Memasuki era Orde Baru, pada 1970, perusahaan ini berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Dharma Niaga. Penggabungan perusahaan kembali terjadi pada tahun 2003, PT Dharma Niaga, PT Tjipta Niaga, dan PT Pantja Niaga dilebur di bawah satu nama PT Perusahaan Perdagangan Indonesia yang eksis hingga saat ini.

Kiri: Gedung Lettergieterij „Amsterdam” v/h Tetterode di Batavia pada 1941 ketika menyelenggarakan pameran grafis [foto oleh KITLV]. Kanan: PT PPI, Jl. Abdul Muis, Jakarta, 2017 [foto oleh Bintoro Hoepoedio].
DAFTAR PUSTAKA
  • Djojohadikusumo, Sumitro. 1972. Kebidjaksanaan di bidang ekonomi perdagangan. Jakarta: Jajasan Penjuluh Penerangan Perdagangan.
  • Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1995. Almanak Grafika Indonesia 1995.
  • Middendorp, Jan. 2004. Dutch Type. Rotterdam: 101 Publishers
  • Lane, John A., dan Mathieu Lommen. 1998. Dutch typefounders’ specimens. Amsterdam: De Buitenkant

Sabtu, 10 April 2021

50 Pangram Bahasa Indonesia

Pangram berasal dari dua kata bahasa Yunani, παν γράμμα, pan gramma, yang berarti semua huruf. Pangram juga dapat disebut sebagai kalimat holoalfabetis, atau kalimat yang mengandung keseluruhan alfabet. Pangram adalah salah satu hal paling penting dalam pembuatan desain huruf. Pangram bermanfaat untuk menampilkan keseluruhan huruf pokok dalam alfabet, dalam hal ini aksara Latin, yaitu A sampai Z. Pengujian tampilan huruf atau pembuatan spesimen desain huruf dapat memanfaatkan pangram.

The quick brown fox jumps over the lazy dog adalah pangram berbahasa Inggris yang paling kondang di antara pangram-pangram lainnya seantero dunia. Akan tetapi, bagaimana jika hendak menyajikan sebuah pangram berbahasa Indonesia untuk para pengguna Indonesia? Dari sini lah, Naraäksara tergerak untuk mengarang sejumlah pangram dalam bahasa Indonesia, dengan catatan bebunyian yang cukup asing bagi bahasa Indonesia, seperti huruf X, V, Z dan Q, umumnya dimunculkan dalam bentuk nama orang atau tempat. Berikut ini senarai pangram bikinan Naraäksara:

  1. Wiharja mencari xilofon dan Qari yang manis pergi avontur ke Buitenzorg (61)
  2. Fauzy menjiwai xilofon dan Qari pergi avontur ke Bosscha (48)
  3. Rizal belajar xilografi ke Victoria jika Wino dan Pramudya fasih baca qudsi (64)
  4. Felix bawa vodka dan zat halogen dari Aljunied sampai Clarke Quay (55)
  5. Iqbal avontur ke Bosscha mencari zat xantofil yang Widya pinjam. (54)
  6. Zainal bahagia mencuri VW dari parkiran Roxy Square fajar tadi. (53)
  7. Xilograf yang majenun tebang pohon cemara pakai bazoka dekat kawasan bivak qari. (63; tanpa nama) 
  8. Fransiskus Xaverius membaca wahyu tentang Zabur di pojok Al-Quds. (55)
  9. Majelis qariah dan gerilyawan Batavia fokus cari zaitun sampai ke Xanadu. (62)
  10. Olahragawan fahombe yang loncat sampai zakarnya jatuh ke Queensland diliput Vox. (69)
  11. Musabaqah tajwid di paviliun Xianyang bertrofi arzak dan cindai. (55)
  12. Jika metafora syair Zubaidah apik, cegah rival Wali naik Qantas ke Xian. (59)
  13. Zacky bersama Faqih pivot jadi lokawigna di Bordeaux. (45)
  14. Pegawai favorit Ahok yang beli yuzu mencampur Extra Joss dan Aqua. (55)
  15. Axolotl punya Azwar karnivora, namun gajah bercak kesukaan Furqan tidak. (61)
  16. Vina beli wisma megah di Pekayon jika surat Flexi Razaq cair. (50)
  17. Warung pakde Qolil jual varian cutbrai XL bahan fiber ke markas Yakuza. (59)
  18. Luqman nonton wayang sampai fajar kizib pecah di bulevar Luxembourg. (58)
  19. Cahyo dan FX Karolus menggarap Avesta, Quran, Zabur, Weda, dan Injil. (54)
  20. Qomariah menjual sabun Lux dan Shinzui favorit warga supaya cantik. (57)
  21. Balqis cegah menjawab pisuhan vulgar Zayn dekat sarkofagus Xinjiang. (59)
  22. Ci Ivonne jalan di Bordeaux, tapi muzawirnya agak lebih hafal Basque. (57)
  23. Raden Syafiq cegat howitzer baja Pakualam XV. (38)
  24. Raden Syafiq juga coba howitzer Pakualam XV. (37; terpendek di daftar ini)
  25. Yazid dan Rafiqah kopdar di XXI Tanjung Pinang sambil cerita waktu vakansi. (63)
  26. Hillun jadi sowan ke festival Qatar naik Xiamen bareng Pak Fachrezy. (57)
  27. Bu Azwir ingatkan qariah Nurleni pasal ancaman di konvoi fajar Roxy. (57)
  28. Wajar Amy beli cokelat Silver Queen favorit Pak Zahir dengan naik Xenia. (60)
  29. Fachrezy vonis Bu Thirza mengidap xerosis waktu jalan di Qatar. (53)
  30. Stevador yang jahil coba fuksina dan xilol waktu qiamulail di plaza. (57; tanpa nama)
  31. Mace Fauziyah goreng jalabria di Viqueque pakai xilosa sawit. (52)
  32. Zacky coba mendengar xilofon versi pianola waktu qiraah ketujuh. (55)
  33. Wafiqah cari sejuta buku Xenoglosofilia punya Ivan di Mizan. (51)
  34. Juru xilofon tadi bonceng qariah naik vespa punya muzawir. (49; tanpa nama)
  35. Cawali taja musabaqah ziter dan xilofon di kaveling senyap. (50; tanpa nama)
  36. Rizqiyah baca pedoman zat xilena jika favorit Agus mawar. (48)
  37. Wafda Rizqiyah kaji xilem bacang satu provinsi. (40)
  38. Felix berceloteh di bivak selagi muzawir senyum pada tujuh qari. (54)
  39. Zacky pamit sorangan walau biduan Xavier hafal jalan Qatar. (50)
  40. Wak Haji menyuplai kitab naqal cetakan xerograf ke vasal negeri zirbad. (60)
  41. Zafron coba menyewa joki untuk penyaringan qariah di reservat Luxor. (54)
  42. Muzawir kaji novel Don Quixote sampai baca historiografinya. (52)
  43. Faqih dan Yazid meragukan objektivitas wacana profesor xilologi. (56)
  44. Pak Felix ganti lokakarya Universitas Cenderawasih demi ijazah Balqis. (61)
  45. Satu kawan foya Iqbal cari parkir di pojok kaveling xilolog Hamzah. (56)
  46. Marxisme Haji Misbach favoritnya Pak Luqman disunting oleh Rizwan. (57)
  47. Fawzy rakit sembilan VGA Compaq jauh di Xi'an. (37; terpendek di daftar ini)
  48. Wajar Mas Faqih observasi cadangan xenolit punya Zaki. (46)
  49. Gatotkaca beri Pergiwa zamrud hijau xifoid, asli punya Van Queen. (54)
  50. Bocah wangsa Saxon dan Franka menyusuri jalan pusat Qazvin. (50)

Lima puluh pangram oleh Naraäksara ini bebas Anda gunakan untuk keperluan apa saja, mulai dari pembuatan spesimen fontasi hingga karya seni leter. Jika Anda memiliki versi pangram sendiri, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa daerah di Indonesia, silakan tuliskan di kolom komentar. Semoga bermanfaat!

Senin, 28 Desember 2020

Cataneo, Huruf Sakti Sinetron Kita

Tidak berlebihan rasanya untuk berkata bahwa Cataneo adalah ikon tipografis sinetron Indonesia. Hampir secara terus-menerus, rumah produksi sinema elektronik Indonesia menggunakan fontasi Cataneo sebagai judulnya. Hal ini membuat penggunaan huruf Cataneo (atau model huruf yang mirip) menjadi tradisi dalam desain grafis persinetronan Indonesia. Meskipun sesungguhnya, hanya sinetron-sinetron keluaran SinemArt yang secara berulang menggunakan fontasi Cataneo untuk judul-judul sinetronnya.

Cataneo dibuat oleh perancang-perancang Bitstream, yakni Richard Lipton dan Jacqueline Sakwa. Huruf ini awalnya dilepas pada tahun 1993 dan dipasarkan kembali oleh MyFonts pada permulaan tahun 2000. Selain huruf standar, Cataneo juga dilengkapi dengan beragam alternatif huruf berjumbai dan beragam bobot huruf. Nama Cataneo sendiri diambil dari nama tokoh yang mengilhami keindahan tipografisnya, yakni Bernardino Cataneo, seorang juru tulis dan kaligrafer andal berkebangsaan Italia dari abad ke-16 Masehi.

Produksi awal sinetron-sinetron Sinemart, 2003

Sebagian produksi sinetron SinemArt, 2004

Penggunaan fontasi Cataneo pada poster sinetron-sinetron SinemArt nyatanya tidak dimulai sedari awal. Pada produksi tahun-tahun pertama, khususnya 2003-2005, sinetron-sinetron produksi SinemArt memiliki poster yang meriah dengan model huruf yang berganti-ganti untuk setiap sinetronnya. Skema warna yang digunakan pun cenderung mencolok, seperti kuning, biru, merah, pink dan hijau.

Pemilihan fontasi bergaya tulisan halus (script) yang mulai banyak ditemu pada poster-poster sinetron SinemArt produksi 2005-2007.

Tren ini kemudian berganti pada kisaran 2005-2007, penggunaan warna-warni yang mencolok mulai berkurang dan pemilihan tipografinya, meskipun tetap berbeda-beda, menjadi lebih konservatif dan mulai menunjukkan pengulangan pada jenis huruf tertentu, yaitu pada huruf bergaya tulisan halus, miring-bersambung. Hal ini kemungkinan dilatarbelakangi oleh mulai bergesernya demografi penonon sinetron televisi Indonesia, penonton berusia remaja mulai mencari hiburan di luar televisi (kemungkinan berhubungan dengan pengenalan telepon seluler dan kemudian internet), sehingga desain dirancang sedemikian rupa untuk menarget kelompok umur yang lebih dewasa.

Sinetron-sinetron SinemArt mulai menggunakan fontasi Cataneo, sebagian dengan modifikasi manual.

Penggunaan huruf halus kemudian mulai tergantikan. Pada tahun 2007, sinetron Aisyah menggunakan huruf Cataneo dengan modifikasi berupa jumbai pada huruf A besar dan huruf h kecil, serta mengubah bentuk titik pada huruf i. Sinetron ini kemungkinan adalah awal mula penggunaan huruf Cataneo dalam produksi SinemArt, walau terdapat kemungkinan Cataneo telah digunakan sebelum tahun 2007. Tahun berikutnya, SinemArt mengeluarkan beberapa sinetron dengan model huruf Cataneo, yakni Hingga Akhir Waktu (kemugkinan dimodifikasi, menggunakan bobot tertentu, atau fontasi lain yang mirip-mirip), Sekar dan Alisa.

Penggunaan Cataneo berulang pada tahun 2009, yaitu pada sinetron Rafika, Air Mata Cinta, Cinta dan Anugerah, Manohara, Isabella, Safa dan Marwah, Doa dan Karunia, dan Kejora dan Bintang. Pada tahun tersebut, SinemArt mengeluarkan 10 sinetron, 8 di antaranya menggunakan Cataneo secara konsisten, 2 sisanya menggunakan model huruf halus seperti pada sejumlah sinetron yang produksi 2005-2007. Pada tahun ini juga tampaknya pengelola SinemArt memutuskan untuk menggunakan fontasi Cataneo secara terus-menerus pada hampir keseluruhan karya sinetronnya. Sementara itu, produksi film dan film pendek oleh SinemArt tidak menggunakan Cataneo sama sekali.

Pemilihan Cataneo sendiri merupakan keputusan yang cukup tepat. Model kaligrafisnya membawa kesan yang formal, tetapi tetap bisa anggun, membuat kita terpikirkan tentang undangan pernikahan, ucapan selamat, atau bahkan surat cinta. Sementara, sisi formal dari Cataneo menjaga keterbacaan huruf-hurufnya tetap tinggi, tanpa terlalu banyak embel-embel hiasan, sehingga enak dibaca baik dari jauh maupun dari dekat. Desain hurufnya juga memiliki goresan yang tegas, sekalipun harus menukik pada sudut-sudut tertentu; mewakili kekuatan dari ekspresi dan "drama" itu sendiri.


Contoh sinetron-sinetron SinemArt dari tahun 2009-2020.

Dari tahun 2009 hingga saat ini, Cataneo telah dipakai pada puluhan sinetron bikinan SinemArt yang tayang di RCTI dan SCTV. Selama bertahun-tahun itu pula, masyarakat telah dipapar dengan jenis huruf yang sama untuk sinetron Indonesia populer. Meskipun tren ini tidak diikuti rumah produksi lain, seperti MD Entertaiment atau Multivision Plus, model huruf Cataneo nyatanya tetap melekat ke benak masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sinetron-sinetron SinemArt berhasil merajai layar televisi Indonesia, dibandingkan dengan sinetron-sinetron keluaran rumah produksi lain tahun-tahun belakangan ini.


Beberapa parodi sinetron Indonesia di Youtube juga tampak menggunakan huruf Cataneo, atau yang dianggap awam mirip dengannya (seperti Lucida Calligraphy), untuk tulisan judul parodi tersebut. Beberapa di antaranya seperti yang digarap oleh saluran Han Yoo Ra, Nanase Production dan MrKokom (Youtuber Malaysia).

Sebagian meme sinetron yang dibuat oleh Saintif (gambar dari akun Facebook)

Pada April 2018, meme sinetron ala SinemArt merebak di internet. Berbagai akun media sosial, baik akun permemean maupun akun profesional, mengunggah gubahan meme mereka dengan rupa yang mirip dengan poster sinetron Indonesia ala SinemArt, mulai dari pemilihan kata hingga pemilihan fontasi Cataneo atau model huruf lain yang mirip dengannya.

Hingga hari ini, SinemArt tampaknya masih belum memiliki rencana menggeser Cataneo dari singgasananya. Huruf ini kadung melekat dan menunjang citra perusahaan selama bertahun-tahun, serta turut mengangkat karya-karya SinemArt menjadi salah satu perwakilan budaya populer masyarakat Indonesia yang khas dan berterima. Meskipun demikian, penonton-penonton sinetron terus menua, lambat-laun penonton-penonton yang lebih baru akan meminta perubahan. Poster-poster sinetron yang meriah ala 2000-an mungkin akan kembali, atau malahan barangkali desain yang lebih simpel, sepi, dan minim perasaan akan menggantikannya. Kita belum tahu pasti, yang kita tahu, Cataneo tidak selamanya di sana. Apresiasi selagi ada.

Rabu, 07 Oktober 2020

Membayangkan Aksara Kutukan

Perilaku keberaksaraan di jagat Twitter kembali membuktikan bahwa bahasa tulis tidak selamanya membatasi kehendak berekspresi manusia. Orang tetap bisa menyampaikan kesan-kesan jengkel, sedih, atau senang dengan perangkat-perangkat di luar bahasa.

Belakangan ini, ratusan pengguna Twitter ramai-ramai membanjiri cuitan Donald Trump dengan kata-kata buruk dan kutukan. Cuitan bertanggal 2 Oktober 2020 itu memberitakan tentang keadaan Trump dan Melania yang terkena COVID-19. Yang tak biasa, orang-orang ini mengirimkan kutukan beserta gambar-gambar angker dengan aksara yang tampak asing, yaitu aksara Ge'ez. Aksara ini adalah aksara nyata yang dipakai masyarakat di Ethiopia, utamanya untuk menuliskan bahasa Amhar, bahasa ibu bagi lebih dari 22 juta orang di sana.

Kolom balasan dari cuitan Trump dijejali dengan tulisan-tulisan Amhar yang berisikan kutukan dan sumpah-sumpah mengerikan.

Setelah diterjemahkan, rangkaian kutukan ini berisi sumpah-sumpah buruk seperti jiwa yang tidak terselamatkan, jiwa berdosa, pertumpahan darah, pesan-pesan kematian, dan sejenisnya. Gambar-gambar yang mengerikan, seperti iblis dan setan, menambah kengerian dari kiriman-kiriman ini. Tak jarang pula, pendukung Trump yang panik segera membalasnya dengan doa-doa Kristen dengan maksud menghalau kekuatan jahatnya.

Fenomena ini mengundang banyak tanggapan dari masyarakat sampai-sampai Mashable dan Vice masing-masingnya menurunkan artikel untuk membahasnya. Tren ini ternyata tidak berhenti pada Trump saja, beberapa hari kemudian, Joko Widodo juga terkena berondongan pesan-pesan terkutuk yang sama. Hal ini khususnya terjadi setelah publik ramai menentang pengesahan RUU CILAKA atau RUU Cipta Kerja menjadi Undang-undang pada 5 Oktober 2020 kemarin.

Hal serupa juga terjadi di kolom balasan Joko Widodo tertanggal 6 Oktober 2020.

Meskipun mungkin dimaksudkan untuk kelakar dan meme, penggunaan semacam ini adalah hal yang cukup rasis. Beberapa penutur bahasa Amhar bahkan menyuarakan kekesalannya dengan perilaku tercela ini. Ia merasa kebudayaannya telah dicoreng oleh orang-orang yang menggunakan bahasa dan aksaranya untuk menyampaikan kutukan dan kengerian. Terlebih, aksara Ge'ez adalah aksara dan bahasa suci yang digunakan oleh sejumlah gereja ortodoks di Ethiopia. Selain tidak menghormati suku bangsa Amhar, penggunaan sembarangan dari aksara dan bahasa ini juga dapat melukai perasaan orang-orang Kristen di Ethiopia.

Penggunaan kebudayaan tertentu untuk menimbulkan kesan angker sesungguhnya tak asing di Indonesia. Aksara dan bahasa Jawa seringkali mendapatkan stereotip seperti itu. Salah satu contoh besarnya, dalam film Gundala, iblis kuno Ki Wilawuk dipanggil dan dibangkitkan dari kematiannya dengan pembacaan aksara Jawa berbahasa Kawi.

SARAN
Menyampaikan kengerian atau teror dapat dilakukan tanpa mencomot sembarangan kebudayaan masyarakat lain. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan aksara buatan yang memang dikhususkan untuk citra yang mengerikan. Mungkin hal ini terdengar rumit, tetapi merupakan jalan aman tanpa menyinggung pihak tertentu. Anda juga dapat melihat-lihat aksara buatan di Omniglot yang telah menyenarainya di sini.

Selain itu, Anda dapat memanfaatkan Zalgo/Glitch Generator yang tersedia dengan bebas di internet. Zalgo selama ini juga sering digunakan untuk memberikan kesan mengerikan pada sebuah teks. Sejumlah generator teks lainnya, seperti generator tulisan alay, mungkin juga dapat dijadikan alternatif.

Rabu, 30 September 2020

Daftar Penyimpanan Daring Naskah Bugis dan Makassar

Halaman pembuka naskah puisi berbahasa Bugis. Koleksi Perpustakaan Inggris.

Sejumlah manuskrip berbahasa Bugis dan Makassar berhasil lestari hingga hari ini. Sebagian di antaranya telah dipindai dan diunggah ke internet sehingga lebih banyak orang bisa mengaksesnya dengan bebas. Jika Anda menggeluti dunia filologi atau bahkan tipografi aksara di Nusantara, mungkin naskah-naskah tersebut akan sangat berguna untuk kajian Anda. Berikut ini daftar penyimpanan daring naskah-naskah berbahasa Bugis dan Makassar yang bisa diakses dengan bebas (daftar akan senantiasa dimutakhirkan):

  1. Naskah Bugis dan Makassar di Perpustakaan Inggris
  2. Koleksi Digital Universitas Leiden, Manuskrip Bugis
  3. Koleksi Digital Perpustakaan Berlin, Manuskrip Bugis dan Manuskrip Makassar
  4. Koleksi Digital Naskah Bugis SOAS
  5. Khasanah Pustaka Nusantara, Perpusnas. (gunakan pencarian)
  6. Perpustakaan Digital Asia Tenggara, Manuskrip Bugis dan Manuskrip Makassar

Jika Anda mengetahui sumber naskah-naskah berbahasa Bugis dan Makassar lainnya, silakan beri tahu kami dengan meninggalkan komentar. Terima kasih!

 

Kamis, 24 September 2020

Konferensi TypeWknd Resmi Dibuka!


Dengan mengusung semboyan konferensi huruf untuk semua, TypeWknd berhasil menyita perhatian para pegiat tipografi seluruh dunia, mulai dari pengamat, mahasiswa, perancang, pebisnis, hingga akademikus. Organisasi mungil yang baru dibentuk ini terdorong oleh sejumlah halangan dalam industri tipografi. Sekelompok pelaku industri ini kemudian mencipta TypeWknd, sebuah wadah inklusif bagi pecinta huruf tanpa memandang usia, tingkat kemahiran, biaya atau asal negara.

TypeWknd 2020 diselenggarakan secara daring pada 24-27 September 2020. Karena ditenagai oleh sukarelawan dan beberapa penaja, seluruh sesi TypeWknd tidak dipungut biaya. Hanya saja, kelas lokakarya dibatasi hanya untuk lima belas atau dua puluh peserta, agar pembelajaran dan pementoran tetap efektif.

Aditya Bayu Perdana dan Gumpita Rahayu di antara para pengisi acara TypeWknd.
Foto diambil dari situs TypeWknd.

Terdapat dua orang Indonesia yang mengisi sesi bincang-bincang pada rangkaian konferensi TypeWknd 2020 kali ini, yaitu Aditya Bayu Perdana dan Gumpita Rahayu. Bayu mendapatkan urutan pertama dalam konferensi ini, yakni pada 24 September 2020 pukul 7:30 CDT atau 19.30 WIB. Presentasinya tentang pelestarian tipografi aksara Jawa memukau banyak hadirin, dan sekaligus menjadi pembuka yang segar untuk konferensi ini.

Sementara itu, Gumpita Rahayu juga mendapatkan sesi pada hari yang sama, pukul 9.30 CDT atau 21.30 WIB. Gumpita membahas mengenai industri desain huruf di Indonesia, sebuah ekosistem yang signifikan, tetapi belum banyak hadir dalam perbincangan tipografi internasional, dan bagaimana produsen dan konsumen desain huruf di Indonesia semakin berkembang belakangan ini.

Bincang-bincang dua tokoh skena tipografi Indonesia ini mendapatkan sambutan yang luar biasa. Setelah waktu bincang-bincang usai pun, diskusi masih berlanjut hingga tengah malam di ruang obrolan tersendiri. Babak dua "Obrolan Huruf Indonesia" yang menarik ini akan diselenggarakan kembali, secara khusus, pada Jumat, 25 September 2020, pukul 7.00 CDT atau 19.00 WIB.

Beberapa tautan yang dibutuhkan: