Mode adakalanya, atau bahkan seringkali, mengambil inspirasi
dari masa lalu. Oleh karena itu, mode menjadi terulang. Pengulangan ini apabila
dipergunakan secara piawai, tetap akan relevan dengan masa kini, malah akan
menambah nilai keistimewaan dari sebuah karya desain atau seni.
Kita bisa sadari betapa penggemar masa silam ini kian
terbilang di sekitar kita. Kita pasti punya kawan atau saudara yang menggunakan
motor vespa atau motor honda kuno yang dirawat dengan sepenuh hati, menggunakan
potongan cutbrai; atau juga mojang-mojang Bandung yang memperdayakan gaya
busana khas 70-an dengan penuh percaya diri dan keceriaan.
Dalam dunia desain, kita mengenal istilah retro. Istilah
retro merujuk pada desain-desain yang mengambil ilham dari produksi-produksi
rancangan pada masa silam, dengan sedikit atau banyak penyesuaian dengan budaya
dan perkembangan teknik masa kini. Retro di antaranya di bagi menjadi beberapa langgam
kondang. Dalam karangan ini, langgam retro yang akan dibahas adalah Angkatan
Estetika (Aesthetic Movement), Seni
Nuvo (Art Nouveau) dan Seni Deko (Art Deco).
Angkatan Estetika
(1860-1890) atau estetikisme ditandai dengan desain yang memiliki potongan-potongan
bersudut, geometris, tipis dan rumit—saling bersinggungan seperti jemaring
laba-laba. Objek-objek yang dimunculkan terilhami dari alam, selayaknya
tumbuh-tumbuhan dan kadang kala juga burung. Langgam ini agaknya terpengaruh
rancangan ketimuran khas Jepang. Karena ketemadunannya, langgam ini dapat
ditata menjadi pola-pola yang begitu padat, yang dapat digunakan untuk membuat
dekorasi pojokan yang elok; atau juga dapat diambil sejumput untuk pemanis pada
sebuah desain yang bersih.
Contoh desain huruf dengan langgam ini sedikit sulit
ditemukan karena inspirasi utamanya adalah alam sehingga menjadi mirip-mirip
dengan langgam Seni Nuvo. Akan tetapi, petunjuk akan potongan-potongan yang
bersudut dan bentuk huruf yang cenderung geometris akan membantu kita
membedakannya. Huruf-huruf dengan potongan kaku, dipadukan dengan lengkungan
atau olakan yang memberikan pengalaman baru terhadap perpaduan bentuk.
Langgam ini dapat dipergunakan untuk keperluan yang
mancaragam. Kesan-kesan jadul atau pun modern dapat diperoleh dari penggunaan
desain ini secara tepat. Rancangan menu sebuah restoran retro atau desain kemasan
sabun ciptaan artisan tentu menjadi sangat relevan apabila menggunakan langgam
ini.
Seni Nuvo (1890-1910)
adalah gerakan seni garda-depan di
sekitaran abad ke-20. Gerakan ini menampilkan kesenian yang dipenuhi
unsur-unsur alam, sering kali ditata secara asimetris pada bingkai tinggi dan
tipis. Rancangan-rancangan Seni Nuvo menampilkan daun, bunga dan sulur yang
mengalir dan menjalar dengan campuran hiasan eksotik budaya ketimuran. Seni
Nuvo mengesankan kemewahan, misteri dan dekadensi. Langgam ini dapat digunakan
untuk mengesankan suatu desain berasal dari Perancis atau Belgia, atau
kemewahan permulaan abad ke-20.
Model huruf pada zaman ini ditandai dengan bentuk-bentuk
yang alamiah. Huruf-hurufnya bercokol berkelindan seperti tumbuhan, meniru
bentuk daun, bunga dan sulur. Huruf-huruf tidak patuh pada pakem tradisional
yang memiliki ikatan kuat dengan kejurutulisan dan kaligrafi. Oleh karenanya,
huruf-huruf dalam Seni Nuvo ini lebih cocok digunakan untuk keperluan huruf pampangan
atau pameran; bukan teks atau paparan.
Seni Deko (1920-1930)
termasyhur pada awal abad ke-20. Langgam ini dinamai pertama kali di Perancis
pada tahun 1920-an, tetapi asalnya satu dasawarsa sebelumnya atau lebih jauh
lagi. Langgam ini mengawinkan pengaruh geometris dari Angkatan Estetika dengan
bidang-bidang bentuk dari Zaman Mesin (Machine
Age); ditandai dengan penghiasan yang padat dan bentuk-bentuk yang bahadur.
Pola-pola dapat dibentuk dari barisan puspani hingga bidang-bidang kubistik.
Model huruf pada zaman Seni Deko ini terpengaruh dari
gerakan futurisme Italia dan konstruktivisme di Rusia. Model huruf yang sering
ditampilkan adalah huruf nirkait atau sans-serif. Bangun huruf-hurufnya
sederhana sehingga mudah dikenali dan dibaca. Namun, berbeda dengan proporsi umum dan terukur dari huruf nirkait, seperti Akzidenz-Grotesk atau Helvetica yang modernis, huruf-huruf nirkait
pada era Seni Deko ini memiliki proporsi yang istimewa, yang umumnya digunakan
memang untuk kepentingan huruf pampangan. Yang dimaksud dengan proporsi istimewa di sini
adalah perbandingan bangun hurufnya tidak mirip dengan model huruf pada
umumnya. Huruf besar bisa terlampau besar jika dibandingan dengan huruf
kecilnya. Lebar dua lembungan huruf B bisa berbeda drastis antara atas dan
bawahnya. Bentuk hurufnya dapat sangat geometris.
Langgam ini dapat disarankan untuk tujuan desain yang
khusus, yakni berhubungan dengan era tersebut, seperti penggarapan desain poster
film The Great Gatsby, yang memang berasal dari buku yang ditulis dan dilatari pada
era tersebut. Meskipun pola dan hiasan Seni Deko ini sebenarnya memungkinkan
untuk dipergunakan untuk keperluan lain yang bisa dikombinasikan dengan unsur
desain yang lain.
Itulah tiga langgam retro yang dijelaskan dalam artikel ini, yang menurut hemat penulis, memiliki keistimewaan rupa tipografik yang lebih kentara dibandingan dengan era dan gerakan kesenian yang lain, entah itu neobarok atau pun neoklasik.