Teh Kotak adalah produk minuman dari Ultrajaya. Produk minuman ini diluncurkan pada tahun 1979, dan menjadi salah satu pelopor minuman siap minum di Indonesia.[1] Jika kita menyapu pandang ke rak minuman di minimarket, Teh Kotak adalah salah satu yang mencuri perhatian. Desain tipografinya seakan-akan tidak sezaman dengan produk-produk di kanan-kiri-atas-bawahnya. Ia membawa kita ke beberapa dasawarsa silam, membuatnya menonjol di antara yang lainnya.
Fontasi necis yang digunakan dalam kemasan Teh Kotak itu bernama Motter Ombra. Motter Ombra adalah fontasi karya Othmar Motter, seorang perancang huruf kelahiran Austria, 1927-2010. Di tahun 1952, ia bersama Hans Kaiser dan Sylvester Lička mendirikan studio seni grafika Vorarlberger Grafik. Motter Ombra adalah salah satu dari empat fontasi pampangan bikinannya pada tahun 1970-an untuk Berthold dan Letraset. Setelah pekerjaannya mencabang pada desain korporasi, ia baru kembali ke dunia rancang huruf pada tahun 1990-an dengan fontasi-fontasi untuk ITC, Monotype, dan FontFont.[2]
Letraset Motter Ombra. Gambar didapat dari www.limprimante.com |
Motter Ombra adalah karya keduanya setelah Motter Tektura, fontasi yang digunakan untuk logo Apple pertama dan Reebok. Motter Ombra diluncurkan pada tahun 1972 dalam format huruf film oleh Berthold Fototypes dan huruf transfer kering oleh Letraset. Karena kala itu adalah zaman pradigital, rancangan fontasi Motter Ombra dikerjakan dengan pensil mekanik dan penggaris kurva. Sementara itu, versi digitalnya dibuat oleh Motter Fonts, sebuah perusahaan huruf mandiri milik keluarganya, dengan bantuan Jan Kammann.[3][4]
Cuplikan Motter Ombra dari luc.devroye.org |
Motter Ombra adalah salah satu fontasi pampangan terpenting di abad ke-20. Ia menjadi penanda zaman. Gema sikedelia, disko, hippie dari 1960-an masih terasa di desain huruf-huruf yang melingkar, membulat dan menyimpang dari bentuk huruf pakem. Ia menawarkan kebaruan dan eksplorasi bentuk yang tidak lazim. Motter Ombra telah digunakan pada banyak hal, seperti poster, reklame toko, dan sampul album musik.
Motter Ombra juga telah banyak mengilhami seniman atau desainer lain untuk menginterpretasikan ulang karya ini, di antaranya Zombra EyeFS (2013) oleh Antonio J. Morata, Motter Dombra (2014) oleh Zhalgas Kassymkulov, karya yang tidak selesai dari OhNoType, Ombra Brutal oleh Nick Shea dan mungkin masih banyak karya lainnya.
Akan tetapi, mengapa pula citra merek Teh Kotak, kala pengambilan keputusan desain dahulunya, merasa dapat terwakili oleh fontasi Motter Ombra yang suka mejeng di album-album musik 1970-an dan setelahnya? Jawabannya mungkin karena desain-desain yang lahir di bawah genre sikedelia mengambil banyak ilham dari Art Nouveau; sementara Art Nouveau sendiri mengambil inspirasi dari keindahan bentuk alam, tumbuh-tumbuhan, sulur-sulur, bunga dan semacamnya. Keputusan desain waktu itu mungkin tidak didasari pengetahuan alur sejarah yang dilalui Motter Ombra. Namun itu pun tak perlu, sebab dari desainnya saja kita bisa menerka bahwa ada nuansa organik, alamiah, keluwesan dan alam itu sendiri. Hal-hal itulah yang mungkin dirasa mewakili Teh Kotak.