Pernahkah terpikir di benak Anda bagaimana jika tipografi disangrai, digiling dan kemudian diseduh menjadi beberapa jenis minuman kopi? Fontasi manakah yang akan terasa seperti espreso, kapucino atau amerikano? Apakah model huruf tegas bersudut-sudut akan terasa nendang seperti espreso? Dan model huruf nirkait supertipis akan terasa begitu manis dan penuh krim? Penelitian menarik dari Sarah Hyndman memberikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan luar biasa itu.
Sarah Hyndman ialah seorang peneliti yang berfokus pada ceruk kecil antara ilmu sikologi dan tipografi. Di bawah nama Type Tasting, ia menggalakkan dan menerbitkan penelitian-penelitian tipografi yang ditinjau dari sudut pandang sikologi, khususnya yang berkaitan dengan kepancaindraan (multisensory) dan lintasmodal (crossmodal). Khalayak awam mungkin lebih mengenalkan dengan istilah sinestesia.
Salah satu penelitiannya dalam bidang ini mengujicoba bagaimana orang-orang mengandaikan tipografi sebagai kopi. Indra yang berlintasan dalam penelitian ini adalah indra penglihatan (mata) dan indra pengecap (lidah). Peserta survei Type Tasting diminta untuk mencocokkan sampel tipografi dengan rasa beberapa jenis kopi beserta dengan karakternya yang dianggap paling mirip. Sebanyak 54 orang dari penjuru dunia turut serta dalam survei ini. Penelitian ini diterbitkan di situs Type Tasting dengan judul tulisan How Do You Take Your Coffee? Berikut hasil dari penelitian tersebut, diambil langsung dari situs yang bersangkutan:
Tampak dari penjelasan di atas, fontasi dengan model yang tebal dan membulat dianggap cocok mewakili mutu kopi kapucino; ia terasa manis, berkrim, kekanak-kanakan dan tidak serius.
Sementara itu, fontasi dengan model yang kaku, bersudut dan tegap dianggap cocok mewakili mutu kopi amerikano atau espreso yang pahit, kuat, tanpa gula atau pemanis, dan tajam. Lain halnya dengan fontasi yang miring, membulat dan sedikit memiliki gaya sentuhan tangan manusia. Fontasi ini dianggap terasa seperti frapucino, yang begitu manis, penuh krim, dan rasa yang menarik.
Menariknya, fontasi sama yang sebelumnya dalam ragam tebal (gambar kedua tengah) dianggap cocok dengan mutu amerikano, dalam ragam tipisnya (gambar ketiga tengah) menjadi cocok dengan mutu kopi flat white: espreso yang pahit dengan tambahan busa susu.
Penelitian ini sesungguhnya sangat bermanfaat khususnya bagi desainer grafis dan pekerjaan yang masih selingkung dengan itu. Mengandai-andaikan pemilihan tipografi dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan indra penglihatan bisa membantu para desainer untuk memecahkan masalah suatu produk. Pertanyaan penting seperti apakah fontasi ini akan berbau sama dengan produk wewangian yang kemasannya sedang dirancang? Atau apakah rancangan logo ini sudah mewakili rasa renyah dan manis dari biskuit yang logonya akan diciptakan? Pengalaman mancaindrawi seperti itu akan mempermudah para calon pembeli untuk menentukan pilihannya.
Jadi, sudah minum fontasi apa pagi ini?
0 komentar:
Posting Komentar